Jumat, 22 Mei 2009

Kamis, 21 Mei 2009

Korban Kelalaian Negara



MUSIBAH itu datang lagi. Pesawat Hercules milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) jatuh di Magetan Jawa Timur. Pesawat yang mengangkut 98 penumpang dan 13 awak itu sempat menabrak rumah penduduk sebelum akhirnya jatuh dan terbakar. Seminggu sebelumnya, pesawat sejenis yang dioperasikan TNI, terperosok di Wamena.

Dua insiden itu menambah panjang daftar kecelakaan pesawat milik TNI. April lalu, sebuah pesawat Fokker 27 TNI AU meledak setelah jatuh menimpa hangar PT Dirgantara Indonesia (PT DI) di sisi Bandara Husein Sastranegara Bandung.

Musibah di Magetan kemarin merupakan yang terbesar menimpa keluarga besar TNI dalam dasawarsa terakhir. Awal 1990-an sebuah Hercules yang mengangkut Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU jatuh di Jakarta dan menewaskan seluruh penumpangnya.

Hercules adalah jenis pesawat terbang yang handal dan banyak digunakan militer berbagai negara di dunia. Mampu lepas landas dan mendarat dari landas pacu yang pendek, bahkan landas pacu darurat.

Karena keampuhannya itu, banyak digunakan untuk angkutan barang, pengamatan cuaca, rumah sakit terbang, bahkan tanker bahan bakar udara.

Sejak pertama kali dibuat tahun 1954 oleh Lockheed, pabrik pesawat di Burbank, California, Amerika Serikat, tak kurang 40 model Hercules dibuat dan dipasarkan. Hercules tipe C-130 sebagaimana yang dimiliki TNI AU adalah pesawat favorit untuk kepentingan militer. Tak kurang dari 2000 C-130 telah dibuat dan dioperasikan, termasuk di Indonesia.

Timbul pertanyaan, jika melihat ‘reputasi’ pesawat jenis itu di medan tempur dan di medan yang sulit, mengapa di Tanah Air kita justru termasuk yang paling sering mengalami masalah? Benarkah pesawat tangguh yang disiapkan untuk menjaga negara ini banyak yang rapuh karena tidak dirawat secara memadai?

Sesaat setelah insiden Madiun, Presiden sebagai Panglima Tertinggi TNI menyatakan, negara tidak pernah mengurangi anggaran perawatan infrastruktur militer. Yang terjadi adalah menunda pembelian alat baru.

Di lapangan, fakta menunjukkan sejumlah pesawat tempur kita sudah uzur. Misalnya, Bronco OV-10, bikinan 1976 yang dioperasikan TNI sejak 1979, kini hanya empat --dari sembilan unit-- yang bisa disebut layak terbang.

Kondisi kesiapan pesawat tempur di bawah standar juga terjadi atas Hawk MK-53 buatan 1977. Dari delapan unit yang ada, hanya dua yang laik terbang. Selain itu, sejumlah pesawat angkut Fokker 27 buatan 1975, dari tujuh yang ada hanya empat yang siap terbang.

Tanah Air kita merupakan negara yang sangat luas, kepulauan, dan memiliki garis pantai terpanjang. Kondisi itu menuntut perlindungan yang maksimum. Dengan anggaran yang minim, alat utama sistem pertahanan akan lemah, dampaknya pertahanan tidak lagi memadai, yang berarti ancaman jadi jauh lebih besar.

Insiden telah terjadi, dan tentu saja tak satu pun di antara kita yang ingin hal itu terjadi lagi. Yang diharapkan justru sebaliknya, yakni pemerintah betul-betul memperhatikan secara serius persoalan tersebut, karena masalahnya tidak semata pada ketiadaan anggaran, melainkan pada niat dan kemauan untuk membangun kekuatan pertahanan yang memadai.

Dan yang terpenting lagi, peristiwa di atas hendaknya benar-benar jadi pemicu yang menyadarkan petinggi negara dari keterlenaannya selama ini. Pertahanan dan segala unsurnya selalu dijadikan komoditas politik dan perang retorik. Tak selayaknya prajurit gugur akibat kelalaian negara dalam mengelola dan menjalankan sistem pertahanannya.**

Kamis, 07 Mei 2009

a Digital Painting (Must See)


The one of my favorite video, Just check it out... It's COOL.
Download Link

Rabu, 06 Mei 2009

Minuscule Cartoon 4 Volume ....Lucu




Cartoon | Video: XVID, 640 x 480, 25 fps, 1745 kbps |
Audio: 130 kbps, 48 kHz MP3 | 5.1 GB @ RS.com


Download Links:


Vol 1:
http://rapidshare.com/files/167783638/gay-minus01.avi
http://rapidshare.com/files/167783634/gay-minus02.avi
http://rapidshare.com/files/167783627/gay-minus03.avi
http://rapidshare.com/files/167783622/gay-minus04.avi
http://rapidshare.com/files/167783702/gay-minus05.avi
http://rapidshare.com/files/167783721/gay-minus06.avi
http://rapidshare.com/files/167783700/gay-minus07.avi
http://rapidshare.com/files/167783647/gay-minus08.avi
http://rapidshare.com/files/167783620/gay-minus09.avi
http://rapidshare.com/files/167783746/gay-minus10.avi
http://rapidshare.com/files/167783650/gay-minus11.avi
http://rapidshare.com/files/167783694/gay-minus12.avi
http://rapidshare.com/files/167783670/gay-minus13.avi
http://rapidshare.com/files/167783722/gay-minus14.avi
http://rapidshare.com/files/167783597/gay-minus15.avi
http://rapidshare.com/files/167783667/gay-minus16.avi
http://rapidshare.com/files/167783691/gay-minus17.avi
http://rapidshare.com/files/167783723/gay-minus18.avi
http://rapidshare.com/files/167783716/gay-minus19.avi
http://rapidshare.com/files/167783698/gay-minus20.avi

Vol 2:
http://rapidshare.com/files/167783849/gay-minusv2e1.avi
http://rapidshare.com/files/167783846/gay-minusv2e2.avi
http://rapidshare.com/files/167783887/gay-minusv2e3.avi
http://rapidshare.com/files/167783839/gay-minusv2e4.avi
http://rapidshare.com/files/167783790/gay-minusv2e5.avi
http://rapidshare.com/files/167783827/gay-minusv2e6.avi
http://rapidshare.com/files/167783842/gay-minusv2e7.avi
http://rapidshare.com/files/167783797/gay-minusv2e8.avi
http://rapidshare.com/files/167783810/gay-minusv2e9.avi
http://rapidshare.com/files/167785111/gay-minusv2e10.avi
http://rapidshare.com/files/167785102/gay-minusv2e11.avi
http://rapidshare.com/files/167785134/gay-minusv2e12.avi
http://rapidshare.com/files/167785125/gay-minusv2e13.avi
http://rapidshare.com/files/167785143/gay-minusv2e14.avi
http://rapidshare.com/files/167785171/gay-minusv2e15.avi
http://rapidshare.com/files/167785123/gay-minusv2e16.avi
http://rapidshare.com/files/167785064/gay-minusv2e17.avi
http://rapidshare.com/files/167785192/gay-minusv2e18.avi
http://rapidshare.com/files/167785071/gay-minusv2e19.avi
http://rapidshare.com/files/167785163/gay-minusv2e20.avi


Vol 3:
http://rapidshare.com/files/167785105/gay-minusv3e1.avi
http://rapidshare.com/files/167785127/gay-minusv3e2.avi
http://rapidshare.com/files/167785141/gay-minusv3e3.avi
http://rapidshare.com/files/167785184/gay-minusv3e4.avi
http://rapidshare.com/files/167785188/gay-minusv3e5.avi
http://rapidshare.com/files/167785065/gay-minusv3e6.avi
http://rapidshare.com/files/167785150/gay-minusv3e7.avi
http://rapidshare.com/files/167785145/gay-minusv3e8.avi
http://rapidshare.com/files/167785118/gay-minusv3e9.avi
http://rapidshare.com/files/167785196/gay-minusv3e10.avi
http://rapidshare.com/files/167785220/gay-minusv3e11.avi
http://rapidshare.com/files/167785164/gay-minusv3e12.avi
http://rapidshare.com/files/167785191/gay-minusv3e13.avi
http://rapidshare.com/files/167785181/gay-minusv3e14.avi
http://rapidshare.com/files/167785222/gay-minusv3e15.avi
http://rapidshare.com/files/167785225/gay-minusv3e16.avi
http://rapidshare.com/files/167785207/gay-minusv3e17.avi
http://rapidshare.com/files/167785186/gay-minusv3e18.avi
http://rapidshare.com/files/167785228/gay-minusv3e19.avi

Vol 4:
http://rapidshare.com/files/167786043/gay-minusv4e1.avi
http://rapidshare.com/files/167786052/gay-minusv4e2.avi
http://rapidshare.com/files/167786083/gay-minusv4e3.avi
http://rapidshare.com/files/167786067/gay-minusv4e4.avi
http://rapidshare.com/files/167786025/gay-minusv4e5.avi
http://rapidshare.com/files/167786086/gay-minusv4e6.avi
http://rapidshare.com/files/167786016/gay-minusv4e7.avi
http://rapidshare.com/files/167785949/gay-minusv4e8.avi
http://rapidshare.com/files/167786034/gay-minusv4e9.avi
http://rapidshare.com/files/167786051/gay-minusv4e10.avi
http://rapidshare.com/files/167786023/gay-minusv4e11.avi
http://rapidshare.com/files/167786015/gay-minusv4e12.avi
http://rapidshare.com/files/167786064/gay-minusv4e13.avi
http://rapidshare.com/files/167786063/gay-minusv4e14.avi
http://rapidshare.com/files/167786026/gay-minusv4e15.avi

Apa dan Bagaimana Karikatur



KITA
sering melihat karikatur di berbagai suratkabar. Dan tak jarang, yang pertama kali kita lihat ketika membeli surat kabar adalah karikaturnya. Ada rasa lucu, nyeri, atau bahkan sedih ketika melihat sebuah karikatur di berbagai suratkabar itu. Namun, benarkah pemahaman kita selama ini tentang karikatur? Apa sebenarnya karikatur itu? Bagaimana sebuah karikatur itu ada?

Tentang karikatur sendiri, dalam Encyclopedie Internasional, karikatur didefinisikan sebagai sebuah “satire” dalam bentuk gambar atau patung. Adapun dalam Encyclopedie Britaninica, karikatur didefinisikan sebagai penggambaran seseorang, suatu tipe, atau suatu kegiatan dalam keadaan terdistorsi—biasanya suatu penyajian yang diam dan dibuat berlebih-lebihan dari gambar-gambar binatang, burung, sayur-sayuran yang menggantikan bagian-bagian benda hidup atau yang ada persamaannya dengan kegiatan binatang.

Karikatur mesti dilukiskan dengan mengandung dua ciri: (1) adanya
satire dan (2) adanya distorsi. “Satire” di sini diartikan sebagai sebuah ironi, suatu tragedi-komedi atau suatu parodi. Karena itu, di dalamnya dapat mengandung sesuatu yang janggal, “absurd”, yang bisa menertawakan, tapi bisa juga memprihatinkan atau menyedihkan.

Tentang sifat karikatur, karikatur dapat dibagi menjadi tiga macam: karikatur orang-pribadi, karikatur sosial, dan karikatur politik. Karikatur orang-pribadi menggambarkan seseorang (biasanya tokoh yang dikenal) dengan mengekspose ciri-cirinya dalam bentuk wajah ataupun kebiasaannya—tanpa objek lain atau situasi di sekelilingnya—secara karikatural. Karikatur sosial sudah tentu mengemukakan dan menggambarkan persoalan-persoalan masyarakat yang menyinggung rasa keadilan sosial. Karikatur politik menggambarkan suatu situasi politik sedemikian rupa agar kita dapat melihatnya dari segi humor dengan menampilkan para tokoh politik di atas panggung dan mementaskannya dengan lucu.

Satu hal yang tak patut dilupakan, betapa pun, dunia karikatur memiliki kode etik yang banyak tak diketahui orang termasuk oleh para karikaturis. Seorang karikaturis memang memiliki kebebasan mengemukakan temanya dengan gaya satiris humor yang khas, selama karikaturnya itu tidak vulgar atau amoral atau mengetengahkan cacat fisik manusia dan tidak pula kotor atau jorok. Selain itu, karikatur yang baik adalah karikatur yang paling hemat kata, bahkan kalau bisa tanpa kata sama sekali! Sebab karikatur berbeda dengan poster yang bisa saja (bahkan lazim) boros kata-kata.

Seorang karikaturis dapat mempengaruhi banyak orang dengan pesan dan kesan yang dimuat dalam karikaturnya, ia memiliki “kekuatan” dalam karikatur yang dibuatnya. David Low, karikaturis Inggris, sampai sekarang masih dikenal banyak orang sebagai seorang karikaturis yang (konon) pernah membuat Hitler tak bisa tidur akibat karikatur yang dibuatnya pada waktu Perang Dunia II berlangsung. Thomas Nast, karikaturis dari Amerika Serikat, pernah dengan karikaturnya menjatuhkan seorang calon kuat presiden Amerika Serikat yang memiliki a-moralitas mencolok mata pada masa kampanye.

Maka, seorang karikaturis idealnya memiliki kemampuan melihat persoalan-persoalan sosial-politik yang baik selain kemampuan teknis menggambar karikatur. Dengannya, ia bisa bersuara terhadap perkembangan sosial-politik yang terjadi saat itu. Dengannya pula ia bisa mewakili kekecewaan-kekecewaan yang terjadi di sekelilingnya. Karikaturis pun bukan orang yang susah dapat ilham karenanya.

Dengan melihat apa yang digariskan di atas, maka dapat dibedakan antara sebuah karikatur dengan sebuah gambar kartun yang selama ini banyak orang salah kaprah dalam membedakan keduanya—termasuk beda peristilahan antara karikaturis dengan kartunis. Begitu pula dengan anggapan keliru yang telah umum bahwa karikatur hanya ada dalam persuratkabaran. Padahal dapat dikatakan: sebuah karikatur sudah pasti sebuah kartun, sedangkan kartun belum tentu merupakan sebuah karikatur. Lantas apa bedanya?

Secara bahasa, karikatur berasal dari bahasa Italia, “caricare”, yang artinya memuat (dalam hal ini memuat berlebihan). Kata “caricatura” baru populer dan digunakan orang dalam kehidupan dunia seni sekitar tahun 1665. Seniman yang mengenalkan kata itu adalah Gian Lorenzo Bernini, seorang pematung dan arsitek, ketika datang ke Perancis. Adapun kartun berasal dari bahasa Perancis, “cartone”, yang artinya kertas. Kartun memang biasa digambar di atas kertas atau bahan sejenisnya.

Sebenarnya, baik kartun ataupun karikatur, masing-masing memiliki titik satiris. Bedanya, dalam gambar kartun titik satiris itu tak ditekankan sebagai sesuatu yang dominan seperti halnya dalam karikatur. Kartun lebih mengutamakan humor ketimbang “satire”. Kartun juga tak mengandung unsur distorsi. Kalaupun ada unsur distorsi, unsur itu bukan sesuatu yang diutamakan. Yang jelas, keduanya dapat banyak dijumpai di suratkabar yang sama sekalipun.

Sebuah lukisan memiliki sejuta makna. Hanya saja, seringkali orang tak bisa membedakan antara karikatur, kartun, sketsa, dan ilustrasi. Gambar-gambar berupa coretan-coretan yang cuma berfungsi sebagai penghias halaman atau pemanis tulisan atau artikel dan tak mengandung peranan sosial-politis di dalamnya disebut dengan sketsa. Adapun gambar yang merupakan hiasan untuk perlengkapan atau penunjang cerita dalam sebuah buku atau penulisan, maka lazimnya disebut dengan gambar ilustrasi. Keduanya bukan karikatur. Namun kedua jenis gambar ini bisa saja dibuat menjadi karikatur. 
Contoh kesalahan di atas memang terkesan sepele, tapi sebenarnya fatal.

Mudahan tulisan ini berguna untuk meluruskan pemahaman kita tentang karikatur ini dapat membantu apresiasi masyarakat luas terhadap karikatur-karikatur yang sering dijumpai di suratkabar-suratkabar. Lagipula tak sedikit ternyata kartunis yang mengaku sebagai karikaturis atau malah seorang karikaturis justru lebih bangga disebut sebagai kartunis ketimbang karikaturis tanpa mengecek kerja yang dilakukannya. Jelas perlu pelurusan.

Dikutip dari buku:
Karikatur dan Politik
Penulis: Augustin Sibarani
Pengantar: Benedict R.O.G. Anderson
Cet. I, Jakarta, Juli 2001
Penerbit: Isai, Garba Budaya, &
Media Lintas Inti Nusantara
Tebal: xii + 422 Halaman

Sumber: Ruangbaca Tempo

Sabtu, 02 Mei 2009